Saturday, 14 December 2013
Anak Kecil dalam Diri Kita
Kita semua masih kanak-kanak. Masih menyukai permainan. Homo ludens. Ketika kita dewasa, politik pun menjadi mainan (ingat istilah “percaturan”?). Bahkan bisnis pun, bagi orang tertentu, kadang masih dinikmati sebagai permainan (ingat “goreng-menggoreng” di bursa?).
Permainan itu bisa berupa keasyikan tanding dan lomba melawan orang lain. Bisa juga sekadar melawan permainan itu sendiri — tepatnya melawan si perancang permainan.
Tapi, hehe, bisa juga karena alasan yang nggak jelas. Yang penting mempermainkan sesuatu, seperti seorang balita yang menjadikan apa saja untuk dipermainkan. Setiap tindakan akan mendatangkan perubahan. Itulah yang mengasyikkan.
Si Upik atau Buyung tak melawan siapa-siapa. Dia hanya memainkan, mempermainkan. Tak beda dengan orang dewasa yang menjadikan hajat hidup orang banyak sebagai hal yang mengasyikkan untuk digoyang.
Dalam tingkat yang ringan, karena tak mendatangkan bencana, itu disebut keisengan. Misalnya meletuskan plastik kantong cemilan. Kalau gara-gara itu ada orang terkena serangan jantung maka masalahnya jadi lain.
Kecenderungan yang kekanak-kanakan itu sudah lama ditangkap kalangan pemasar. Dari serial kartupos ala Adracks yang bisa digandeng dengan lembar lain (seperti puzzle) sampai advergame yang berbasis multimedia. Semuanya ingin memanfaatkan dorongan kanak-kanak dalam diri konsumen.
Blogger kita Pitra sangat paham soal advergame. Kampanye kondom untuk mencegah AIDS, iklan kutang, iklan pembalut wanita, dan entah apa lagi, banyak yang dikemas sebagai permainan lucu di internet.
Yang terbaru adalah sajian PT Exelcomindo Pratama untuk menjual X-plor. Anda boleh melemparkan panah dart ke arah si Mbak yang doyan buang pulsa sampai lupa sekitar. Berhadiah kok.
Lho kok blog ini ikut jual kecap? Iya, iya, posting ini iklan. Maka harus dinyatakan terus terang supaya tak mengecoh pembaca. :D
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment